Organizational Learning di Era Digital
Dalam dunia yang terus berkembang pesat akibat kemajuan teknologi, organisasi tidak lagi cukup hanya mengandalkan sistem komputer atau data digital untuk berkembang. Pengetahuan sejati tidak hanya tersimpan dalam database atau perpustakaan digital, tetapi dalam pengalaman, interaksi, dan kecerdasan manusia yang membentuk budaya organisasi itu sendiri. Konsep ini sejalan dengan gagasan yang dikemukakan oleh Boersma & Kingma (2005) bahwa "The knowledge is not in the computer system, but within the human being."
Sejak
tahun 2012, kami melihat kebutuhan pembelajaran akan semakin dinamis. Untuk
itu, kami mentransformasikan perpustakaan keluarga kami menjadi entitas yang
dinamai Rumah Matahari Pagi. Kami berharap Rumah Matahari Pagi hadir sebagai Organizational
Learning—sebuah konsep di mana organisasi secara aktif menciptakan,
berbagi, dan menerapkan pengetahuan untuk meningkatkan kinerjanya. Dengan
menyediakan menyediakan konvensional dan virtual, Rumah Matahari Pagi tidak
hanya menjadi pusat literasi tetapi juga wahana kolaborasi, eksplorasi, dan
inovasi yang menghubungkan kecerdasan manusia dengan teknologi.
Organizational
Learning: Lebih dari
Sekadar Mengumpulkan Informasi
Organizational
Learning adalah konsep yang
menekankan bagaimana organisasi berkembang melalui proses belajar yang
terus-menerus. Ethan Mollick dalam bukunya Co-Intelligence: Living and
Working with AI menggambarkan AI (Artificial Intelligence) bukan
sebagai pengganti manusia, tetapi sebagai co-intelligence—rekan kerja
yang memperkuat pemikiran manusia dengan cara yang tidak terbatas pada aturan
kaku sistem komputer.
Di
tahun 2012, seiring transformasi Rumah Matahari Pagi, kami sebenarnya sudah
mengelaborasi gagasan ini dengan meluncurkan platform TDW: Grow up Together
yang menyediakan dua ruang:
1.
Ruang Belajar
Konvensional – Sebagai tempat di mana interaksi antarindividu tetap menjadi
inti dari pembelajaran. Diskusi, pertukaran ide, serta eksplorasi fisik
terhadap buku atau sumber pengetahuan lainnya memberikan pengalaman belajar
yang lebih mendalam dibanding sekadar membaca teks di layar.
2.
Ruang
Belajar Virtual – Memanfaatkan teknologi untuk membuka akses lebih luas
terhadap sumber daya pengetahuan, mempercepat penyebaran informasi, serta
mendukung fleksibilitas dalam pembelajaran.
Dengan
menggabungkan kedua model ini, Rumah Matahari Pagi tidak hanya mengumpulkan
informasi tetapi juga menciptakan ruang bagi individu untuk berpikir secara
kritis, berbagi ide, dan menerapkan wawasan mereka dalam dunia nyata.
AI
sebagai Co-Intelligence, Bukan Pengganti Manusia
Mollick
dalam Co-Intelligence menekankan bahwa AI seharusnya tidak dipandang
sebagai pengganti manusia, melainkan sebagai mitra kerja yang membantu kita
berpikir dan belajar lebih baik. Sama seperti bagaimana ruang belajar virtual
di Rumah Matahari Pagi memberikan akses cepat terhadap informasi, peran utama
tetap berada pada manusia yang mengolah informasi tersebut menjadi pemahaman
dan kebijaksanaan.
Sama
seperti dalam Organizational Learning, nilai utama bukan hanya pada
tersedianya informasi, tetapi pada bagaimana organisasi atau komunitas
memanfaatkannya. AI, sistem komputer, atau perpustakaan virtual mungkin bisa
memberikan akses terhadap ribuan buku dalam hitungan detik, tetapi hanya
manusia yang mampu:
· Menafsirkan informasi dengan konteks yang
tepat;
· Berpikir secara kreatif dan inovatif;
· Menghubungkan pengetahuan yang berbeda untuk
menciptakan wawasan baru;
· Membangun budaya berbagi dan kolaborasi yang
mendukung pembelajaran bersama.
Dalam
hal ini, Rumah Matahari Pagi berfungsi sebagai fasilitator, bukan hanya sebagai
penyedia informasi, tetapi juga sebagai ruang dialog dan pemikiran yang
mendorong individu untuk tumbuh bersama dalam ekosistem pembelajaran yang
dinamis.
Membangun
Ekosistem Pembelajaran yang Berkelanjutan
Rumah
Matahari Pagi, dengan pendekatan ruang ganda—konvensional dan virtual—menjadi
contoh bagaimana Organizational Learning dapat diterapkan dalam praktik.
Pembelajaran bukan hanya tentang membaca buku atau mengakses informasi, tetapi
tentang bagaimana manusia memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk menciptakan
dampak nyata.
Untuk
memastikan keberlanjutan dari ekosistem pembelajaran ini, ada beberapa langkah
yang bisa diambil:
· Meningkatkan Interaksi dan Diskusi – Meskipun
teknologi semakin maju, interaksi langsung tetap menjadi kunci dalam
pembelajaran. Diskusi kelompok, seminar, dan lokakarya perlu terus diperkuat
agar TBM tidak hanya menjadi Tempat Buku Menumpuk, tetapi juga ruang kolaborasi
yang hidup.
· Mengoptimalkan Teknologi sebagai Alat Bantu,
Bukan Pengganti – AI dan sistem digital di ruang belajar virtual harus
dirancang sebagai asisten yang memperkaya pengalaman belajar, bukan
menggantikannya.
· Mendorong Budaya Berbagi Pengetahuan – Rumah
Matahari Pagi sejak awal telah difungsikan sebagai hub komunitas yang menampung
berbagai inisiatif berbasis pengetahuan, dari mentoring hingga program
pertukaran wawasan lintas disiplin.
Dalam
era digital, organisasi yang ingin berkembang tidak cukup hanya mengandalkan
sistem komputer atau kecerdasan buatan. Konsep Organizational Learning
yang diterapkan di Rumah Matahari Pagi menunjukkan bahwa perpaduan antara
kecerdasan manusia dan teknologi dapat menciptakan ekosistem pembelajaran yang
lebih bermakna.
Seperti
yang dikatakan Boersma & Kingma (2005), "The knowledge is not in
the computer system, but within the human being." Teknologi, termasuk
AI, hanya alat bantu—pengetahuan sejati tetap berada dalam individu yang mampu
mengolah, menghubungkan, dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Rumah
Matahari Pagi, dengan ruang belajar konvensional dan virtualnya, tidak hanya
menjadi Tempat Buku Menumpuk, tetapi juga simbol dari masa depan pembelajaran
yang lebih inklusif, kolaboratif, dan berorientasi pada kecerdasan manusia.
Untuk mendapatkan versi pdf, silakan unduh di sini.
Tidak ada komentar