Mendefinisikan Gagasan
Menulis adalah proses yang kompleks dan sistematis. Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh banyak orang ketika akan mulai menulis adalah mengorganisir gagasan dan menentukan tema yang jelas. Kadang kita terjebak dengan asumsi jika gagasan untuk tulisan itu harus sesuatu yang ‘wah,’ atau hal-hal yang besar. Seringnya tema-tema yang diasumsikan tersebut berada di luar pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki. Padahal pengalaman atau pengetahuan yang ada dikeseharian kita bisa dijadikan tema suatu tulisan. Menjadikan pengalaman sehari-hari sebagai tulisan yang bermakna membutuhkan pemahaman tentang bagaimana menggali ide dan merumuskannya menjadi tema yang kuat. Artikel ini menguraikan pendekatan sistematis dalam mendefinisikan gagasan menjadi tema, dengan merujuk pada teori dan praktik kepenulisan.
Memahami
Tema sebagai Fondasi Tulisan
Gorys
Keraf dalam Komposisi (1977) menekankan bahwa tema adalah pokok pembicaraan
atau dasar utama dari sebuah tulisan. Tema bukan sekadar topik, melainkan
gagasan sentral yang mengarahkan isi tulisan secara keseluruhan. Pemilihan tema
yang kuat membantu penulis menghindari penyampaian yang bertele-tele dan
memastikan tulisan memiliki tujuan yang jelas.
Bob
Brannan dalam A Writer's Workshop: Crafting Sentences, Building Paragraphs
(2003) menyoroti pentingnya mengorganisir gagasan sebelum menulis. Langkah awal
dalam menulis adalah mengumpulkan ide-ide yang relevan, memilahnya, dan
mengelompokkannya berdasarkan hubungan logis untuk membentuk tema yang koheren.
Dari
Gagasan ke Tema: Proses Konseptualisasi
Santi V. Buscemi dalam A Reader for Developing Writers (2007) menggarisbawahi konsep central idea sebagai kunci dalam menulis. Proses menemukan tema dapat dimulai dari pengamatan keseharian, pengalaman pribadi, atau fenomena sosial yang menarik perhatian. Beberapa langkah penting dalam mengembangkan gagasan menjadi tema adalah:
- Mencatat Pengalaman Sehari-hari: Menulis jurnal atau membuat catatan harian membantu mengumpulkan gagasan yang mungkin menjadi bahan tulisan.
- Menentukan Fokus: Dari berbagai catatan, penulis dapat memilih satu aspek menarik yang dapat dikembangkan menjadi tema utama.
- Mengajukan Pertanyaan Kritis: Mengapa gagasan ini penting? Apa relevansinya dengan pembaca? Bagaimana dampaknya jika dikembangkan menjadi tulisan?
Mempertimbangkan
Tujuan dan Audiens
Dalam
The Norton Field Guide to Writing with Reading, Richard Bullock dan Maureen
Daly Goggin (2016) menekankan pentingnya memahami rhetorical situations,
terutama dalam mengidentifikasi tujuan menulis (identifying your purpose)
dan berpikir tentang tujuan (thinking about purpose). Tujuan menulis
dapat bervariasi, mulai dari menginformasikan, meyakinkan, hingga menghibur.
Dengan menentukan tujuan sejak awal, penulis dapat menyesuaikan gaya dan
struktur tulisan agar lebih efektif.
Struktur
dan Model dalam Menyusun Tulisan
Pendekatan model bisnis dalam menulis juga dapat diterapkan, sebagaimana dijelaskan dalam Business Model You oleh Tim Clark, Alexander Osterwalder, dan Yves Pigneur (2012). Menyusun tulisan berdasarkan model yang sistematis membantu penulis untuk:
- Memetakan Gagasan: Menggunakan diagram atau peta pikiran (mind mapping) untuk menghubungkan berbagai ide yang muncul.
- Menguji Relevansi: Mengevaluasi apakah setiap gagasan mendukung tema utama.
- Menyusun Kerangka Tulisan: Membagi tulisan ke dalam bagian yang sesuai dengan alur logis, seperti pendahuluan, pengembangan ide, dan kesimpulan.
Menjadikan
Keseharian sebagai Sumber Inspirasi
Menulis
tidak harus dimulai dari gagasan besar atau konsep yang abstrak. Inspirasi bisa
ditemukan dalam keseharian, asalkan penulis mampu menangkap esensinya dan
mengolahnya menjadi tema yang bermakna. Dengan memahami konsep tema,
mengorganisir gagasan, dan mempertimbangkan tujuan serta audiens, penulis dapat
menghasilkan tulisan yang lebih terarah dan bernas.
Dengan
pendekatan yang sistematis dan referensi yang kuat, proses menulis dapat
menjadi lebih efektif dan produktif. Menjadikan keseharian sebagai bahan baku
tulisan tidak hanya membuat tulisan lebih dekat dengan pembaca, tetapi juga
membantu penulis mengasah kemampuan berpikir kritis dan reflektif dalam setiap
kata yang dituangkan.
Tulisan ini dapat diakses dalam bentuk pdf di sini.
Aris Munandar. Founder Rumah Matahari Pagi, edukator, homeschooling activist, literacy coach, dan penulis.
Tidak ada komentar